Sepatu yang terlalu nyaman berisiko sebabkan cedera – Selain gaya dan harga, kenyamanan adalah elemen paling penting yang harus dipertimbangkan ketika membeli sepatu. Pasti kamu tidak mau kan ketika beraktivitas, kaki malah lecet dan pegal karena sepatunya kekecilan atau kurang empuk? Oleh karenanya para produsen pun berlomba untuk menciptakan sepatu dengan teknologi mutakhir demi kenyamanan. Sebagai konsumen kamu pun pasti rela untuk merogoh kocek lebih dalam demi sepasang sepatu idaman.
Tapi belakangan ini ilmuan mengatakan bahwa sepatu yang nyaman malah bisa meningkatkan risiko cedera. Tapu tenang, sepatu yang dimaksud itu adalah sepatu olahraga lari, dimana memang menjual kenyamanan lewat berbagai teknologinya untuk para konsumen.
Menurut hasil studi, penyebab terjadinya cedera di olahraga lari terletak pada desain ujung sepatu yang melengkung
Ilmuan mengatakan, sepatu lari yang nyaman justru berisiko sebabkan cedera karena terdapat pegas kaki di sepatu, yang terletak di tip depan sepatu dengan posisi melengkung. Coba kamu perhatikan sepatu olahraga pasti di bagian ujung depannya melengkung kan? Nah, desain yang sejatinya menawarkan kenyaman dan efisiensi tersebut menurut antropologUniversitas Buffalo, Nichole Holowka, malah bisa menimbulkan efek buruk pada kaki dalam pemakaian jangka panjang.
Ia mengatakan, bahwa pegas kaki tersebut berfungsi mengurangi jumlah pekerjaan yang seharusnya dilakukan otot kaki, sehingga pengguna sepatu hanya melakukan sedikit tenaga di setiap langkah. Dalam pemakaian jangka panjang, hal ini bisa menyebabkan melemahnya otot kaki, sehingga kamu lebih rentan terhadap cedera plantar fasciitis, atau peradangan kumpulan jaringan tebal yang menghubungkan tulang tumit ke jari kaki.
Lebih lanjunt ia menjelaskan, dalam melangkah semua otot kaki harus diaktifkan. Idealnya ketika melangkah, tumit merupakan bagian pertama yang menyentuh tanah, kemudian seluruh kaki akan menapak. Saat melangkah berikutnya, ketika kita menggesser beban badan ke depan, maka jari-jari kaki berperan untuk mendorongnya. Nah, dengan adanya pegas kaki di sepatu lari, Holowka mengatakan hal ini mengurangi pekerjaan yang harus dilakukan otot-otot untuk memastikan jari kaki menapak dengan baik.
Peneliti sarankan penggunaan sepatu dengan fitur paling minim karena bisa memperkuat otot kaki
Kesimpulan ini didapatkan para peneliti setelah melakukan studi terhadap 13 responden yang diminta berjalan di atas treadmill dengan tanpa menggunakan alas kaki, dan berbagai jenis sandal dengan bentuk pegas kaki yang berbeda. Sementara para responden berjalan di treadmill, para peneliti menggunakan sistem infra merah dan plat khusus untuk mengukur seberapa banyak tenaga yang digunakan pada setiap langkah biasa, dan berapa banyak tenaga yang digunakan saat berjinjit.
Hasilnya mengatakan bahwa semakin melengkung pegas kaki pada sebuah alas kaki yang digunakan responden, maka semakin sedikit tenaga yang mereka gunakan untuk menggerakkan kaki. Holowka mengatakan, pengaruh dari hal sederhana ini tentu akan terasa sigifikan jika terjadi dalam jangka panjang. Prediksi ini agaknya bukan isapan jempol belaka, karena faktanya cedera pantar fasciitis ini cukup umum terjadi pada pelari, yang notabenenya sering menggunakan sepatu lari melebihi durasi penggunaan masyarakat umum.
Lalu, apakah kamu tidak boleh menggunakan sepatu dengan ciri melengkung di bagian depan menyerupai sepatu lari? Tentu saja masih boleh. Asalkan durasi penggunaan diperhatikan dengan baik. Penulis utama studi, Freddy Sichting mengatakan berjalan atau berlari menggunakan sepatu dengan fitur paling minimal selama beberapa waktu dalam enam hingga 12 minggu bahkan mampu memperkuat otot kaki intrinsik. Hal ini karena sepatu dengan fitur minimal, yang tidak begitu banyak bantalan, penyangga lengkungan, mampu membuat kaki merasakan efek yang hampir sama dengan berjalan tanpa menggunakan alas kaki.